SUARA INDONESIA TRENGGALEK

Ketua TP PKK Trenggalek Lakukan Studi Tiru Pengelolaan Sampah di Magetan

Rudi Yuni - 04 November 2023 | 16:11 - Dibaca 913 kali
Advertorial Ketua TP PKK Trenggalek Lakukan Studi Tiru Pengelolaan Sampah di Magetan
Study tiru Tim TP PKK Trenggalek di Kabupaten Magetan. (Foto: Rudi/Suaraindonesia.co.id)

TRENGGALEK, Suaraindonesia.co.id - Pengelolaan sampah dan ketahanan pangan menjadi fokus dalam membangun Kabupaten Trenggalek. Hal itu disampaikan Ketua TP PKK Trenggalek, Novita Hardini saat melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Magetan, Sabtu (04/11/2023).

Kunjungannya kali ini dalam rangka untuk melakukan studi tiru terkait pengelolaan sampah dan ketahanan pangan di Desa Taji,  Kecamatan Karas, Magetan.

"Tujuan kerjasama dengan daerah ini untuk bisa melakukan pengelolaan sampah dan membangun ketahanan pangan yang baik di Trenggalek," kata Ketua TP PKK Trenggalek, Novita Hardini. 

Novita juga menyampaikan agenda ini dalam rangka study tiru terkait back practice yang dilakukan Desa Taji tersebut, dengan membuka mata adalah jalan terbukanya inspirasi. "Tanpa melihat, maka seluruh lapisan penggerak masyarakat tidak mampu melahirkan inovasi," ucapnya.

Dalam kunjungan kerja kali ini di Magetan adalah dalam rangka memberikan Inspirasi bagi TP PKK Kabupaten Trenggalek, yang kemudian kami rumuskan menjadi program kerja tahun depan.

Sementara itu, Sigid Supriyadi, Kepala Desa Taji, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan mencuri perhatian pengurus Tim Penggerak PKK Kabupaten Trenggalek yang melakukan study tiru ke tempatnya.

Kepala desa yang menjadi anggota PERBAKIN itu berhasil mengolah sampah di daerahnya dengan baik dari hasil otak atik yang dilakukan membuat tungku pembakar sampah.

"Bahkan tungku yang dibuat, diyakini tidak hanya mengolah tapi menyelesaikan permasalahan sampah tanpa residu polusi. Apalagi pembakaran sampah yang dilakukan tanpa menggunakan listrik atau atau bahan bakar," ungkapnya.

Sigid juga menceritakan Pengelolaan sampah di Desa Taji diawali dari perintah Pengasuh Ponpes Temboro kepada Kades Taji yang meminta sampah di pondok bisa diatasi. Permintaan ini disampaikan setelah Kabupaten setempat tidak mampu memberikan solusi terbaik terkait sampah di pondok ini.

Apalagi dilakukan bukan mengolah tapi menyelesaikan sampah. Diawali membuat tempat pembakaran sampah sampai beberapa kali sempat dibongkar terus dibangun lagi. Sebagian sampah dimanfaatkan  warga, sisanya baru dilakukan pembakaran.

"Proses pembakaran tidak menggunakan bahan bakar ataupun listrik. Sampah basah atau kering tidak dipiliah, kecuali logam atau kaca. Kalaupun terbawa masuk ke tungku tidak masalah namun bisa mengganggu pembakaran" tutur Sigid.

Diyakini sigid dengan bejana atau reaktor yang menggunakan sedikit bahan kimia dalam proses pembakaran tidak menghasilkan emisi gas karbon yang mencemari lingkungan. Atas keberhasilannya Kades ini sempat memaparkan Tekhnologi Tepat Guna (TTG) yang dibuatnya di Kementrian Desa.

Sigid sendiri lebih memilih kata menyelesaikan bukan mengolah. "Kalau mengolah berarti semua sampah itu diolah. Sedangkan menyelesaikan sampah itu lebih kepada sisa sampah yang bisa dimanfaatkan oleh warga setempat, baru sisanya diselesaikan dengan proses pembakaran," tuturnya.

"Bahkan panas tungku pembakaran yang digunakannya bisa mencapai panas 1.300 derajat. Sehingga sampah apapun baik basah maupun kering pasti hancur sehingga sampah ini selesai," lanjutnya.

Katanya Gajah itu bisa meleleh ketika dibakar dengan suhu 1.000 derajat. Dan tungku pembakaran yang dikelolanya bisa mencapai panas 1.300 derajat. Saking panasnya, sampai 2 hari tungku pembakaran ini tidak perlu pemantik untuk membakar panas.

Sampah masuk otomatis lebur terbakar. Saat ini sudah banyak yang melirik hasil karya Kades Taji tersebut. Dalam pembakaran memang masih terdapat residu namun perbandingannya sangat kecil dan ini bisa digunakan untuk campuran semen dan semakin keras.

"Kemudian karena residu nol bisa digunakan untuk pupuk dan diyakini sangat bagus untuk tumbuhan. Bahkan kalau dibakar kembali residu itu habis tak bersisa," tutur Sigit.

Selanjutnya perbandingan residu  pembakaran semalam sampah 5 Dum truck residunya cuma 2 angkong saja. "Kedepannya dengan inovatif ini kami bercita cita menciptakan listrik gratis kepada warganya dengan memanfaatkan panas pembakaran sampah ini sehingga menjadi listrik," harapnya.

"Alatnya sudah selesai dan dalam waktu dekat akan dilaunching segera. Sedangkan untuk ketahanan pangan, Kepala desa ini sedang mengembangkan tanaman Alpukat Siger dari Lampung. Memilih tumbuhan ini karena produktivitas tanamannya yang sangat produktif," pungkasnya. (Adv)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Rudi Yuni
Editor : Satria Galih Saputra

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya